JUDUL PENELITIAN
Struktur dan Integrasi Pasar Ekspor Lada Hitam dan
Lada Putih di Daerah Produksi Utama.
PENGARANG
Adimesra Djulin dan A. Husni Malian
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Tahun 2002
TEMA PENELITIAN
Penjualan
Merica (lada) di Indonesia.
LATAR BELAKANG PENELITAN
Saat ini, Indonesia merupakan salah satu dari 7 negara
yang menguasai produksi dan perdagangan lada di dunia. Secara nasional,
agribisnis lada di Indonesia memberikan andil dalam peningkatan pendapatan
petani dan perekonomian nasional. sedangkan secara makro, ekspor lada Indonesia
juga memberikan devisa bagi perekonomian nasional.
HIPOTESIS
PENELITIAN
- Bagaimanakah struktur dan integrasi pasar lada hitam dan lada putih di Indonesia?
- Harga pasar lada hitam dan lada putih ditentukan oleh harga pasar pada bulan sebelumnya.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat struktur dan
integrasi pasar lada hitam dan lada putih Indonesia di daerah produksi utama.
Dari informasi ini diharapkan dapat diambil kebijakan yang tepat untuk
mendorong petani meningkatkan produksi dan produktivitas lada di Indonesia.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan berbagai jenis data primer
dan data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Data primer
dikumpulkan dari setiap simpul pada struktur vertikal sistem agribisnis
komoditas lada hitam dan lada putih, melalui wawancara langsung dengan
responden terpilih dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Selain data primer, penelitian ini juga memanfaatkan
data berkala yang mencakup :
(1) Volume dan nilai ekspor lada hitam dan lada putih
Indonesia
(2) Harga domestik pada berbagai tingkat pasar, harga
ekspor dan harga dunia lada hitam dan lada putih
(3) Nilai tukar rupiah terhadap US $.
VARIABEL PENELITIAN
Lokasi produksi utama lada hitam dan lada putih di
Indonesia yang meliputi Kabupaten Lampung Utara, Propinsi Lampung untuk lada
hitam dan Kabupaten Bangka, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk lada
putih.
Dari setiap lokasi penelitian dipilih 60 orang petani
contoh secara acak. Selain petani lada hitam dan lada putih, dalam penelitian
ini juga dilibatkan pedagang, pengolah, dan eksportir sebagai contoh
penelitian.
HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
Saluran tataniaga lada hitam di Propinsi Lampung
diawali dari petani yang menjual sebagian besar (80 persen) dari lada hitam
yang dihasilkan kepada Pedagang Desa. Sebagian kecil petani langsung menjual
kepada Pedagang Pengumpul yang berkedudukan di ibukota kabupaten. Dengan pola
perdagangan seperti itu, telah terbentuk struktur pasar oligopolistik, di mana
beberapa Pedagang Desa menentukan harga pembelian di tingkat petani. Hasil
analisis integrasi harga petani dan harga eksportir lada hitam menunjukkan
bahwa harga jual di tingkat petani ditentukan oleh tingkat harga jual petani
pada bulan sebelumnya Sedangkan tingkat harga eksportir pada bulan sebelumnya
dan dummy bulan panen tidak mempengaruhi harga jual di tingkat petani.
Hal ini diduga terkait dengan pola pemasaran yang dilakukan oleh petani dalam
bentuk penjualan secara bertahap.
Dari dugaan parameter diatas diperoleh indeks
integrasi pasar (MII) yang tak terhingga. Dengan demikian, antara dua tingkatan
pasar tersebut sama sekali tidak berhubungan, sehingga harga jual di tingkat
petani tidak terkait dengan harga ekspor. Namun, posisi tawar petani masih
memadai, dimana petani menerima harga hampir 85 persen dari harga FOB. Saluran
tataniaga lada putih di Propinsi Kepulauan Bangka-Belitung diawali dari petani
yang menjual lada putih yang dihasilkan kepada Pedagang Desa atau Pedagang
Pengumpul.
Struktur pasar cenderung oligopolistik, di mana
beberapa Pedagang Pengumpul menghadapi dan menentukan harga pembelian di
tingkat Petani. Seluruh lada putih yang dibeli Pedagang Pengumpul dijual kepada
Eksportir yang berkedudukan di Pangkal Pinang (ibukota Propinsi Kepulauan
Bangka-Belitung). Sebagian besar lada putih ini (90 persen) diekspor dengan
tujuan Singapura dan Amerika Serikat. Hanya sekitar 10 persen lada putih yang
dihasilkan dijual ke Jakarta untuk memenuhi kebutuhan domestik.
KESIMPULAN
Perdagangan lada putih di daerah produksi utama telah
membentuk struktur pasar oligopolistik di tingkat Pedagang Pengumpul, di mana
beberapa Pedagang Pengumpul menghadapi dan menentukan harga pembelian di
tingkat Petani dan Pedagang Desa. Sementara itu, untuk komoditas lada hitam
struktur pasar oligopolistik terbentuk pada tingkat Pedagang Desa. Harga lada
hitam di tingkat petani dan harga eksportir tidak berhubungan, sedangkan antara
harga eksportir dan harga dunia terintegrasi sangat lemah. Sementara itu,
integrasi harga lada putih di tingkat petani dan harga eksportir terintegrasi
sangat lemah, sedangkan antara harga ksportir dan harga dunia cenderung
terintegrasi kuat. Terintegrasinya harga eksportir dan harga dunia mencerminkan
bahwa pergerakan harga domestik sangat dipengaruhi oleh dinamika harga di pasar
internasional. Hal ini memberi petunjuk bahwa pengembangan komoditas lada
seyogyanya mempertimbangkan efisiensi dan daya saing di pasar dunia.
No comments:
Post a Comment